0
DATA CENTER
Posted by Unknown
on
00.26
in
Analisis dan Desain Sistem Jaringan
Pengertian
Data Center
Data Center merupakan
fasilitas yang digunakan untuk penempatan beberapa kumpulan server atau sistem
komputer dan sistem penyimpanan data (storage) yang dikondisikan dengan
pengaturan catudaya, pengatur udara, pencegah bahaya kebakaran dan biasanya
dilengkapi pula dengan sistem pengamanan fisik.
Servis utama yang secara umum diberikan
oleh data center adalah sebagai berikut:
1.
Business Continuance Infrastructure
(Infrastruktur yang Menjamin Kelangsungan Bisnis)
Aspek-aspek
yang mendukung kelangsungan bisnis ketika terjadi suatu kondisi kritis terhadap
data center. Aspek-aspek tersebut meliputi kriteria pemilihan lokasi data
center, kuantifikasi ruang data center, laying-out ruang dan instalasi data
center, sistem elektrik yang dibutuhkan, pengaturan infrastruktur jaringan yang
scalable, pengaturan sistem pendingan dan fire suppression.
2.
DC Security Infrastructure
(Infrastruktur Keamanan Data Center)
Terdiri
dari sistem pengamanan fisik dan non-fisik pada data center. Fitur sistem
pengamanan fisik meliputi akses user ke data center berupa kunci akses memasuki
ruangan (kartu akses atau biometrik) dan segenap petugas keamanan yang
mengawasi keadaan data center (baik di dalam maupun di luar), pengamanan fisik
juga dapat diterapkan pada seperangkat infrastruktur dengan melakukan
penguncian dengan kunci gembok tertentu. Pengamanan non fisik dilakukan
terhadap bagian software atau sistem yang berjalan pada perangkat tersebut,
antara lain dengan memasang beberapa perangkat lunak keamanan seperti access
control list, firewalls, IDSs dan host IDSs, fitur-fitur keamanan pada Layer 2
(datalink layer) dan Layer 3 (network layer) disertai dengan manajemen keamanan.
3.
Application Optimization (Optimasi
Aplikasi)
Akan
berkaitan dengan layer 4 (transport layer) dan layer 5 (session layer) untuk
meningkatkan waktu respon suatu server. Layer 4 adalah layer end-to-end yang
paling bawah antara aplikasi sumber dan
tujuan, menyediakan end-to-end flow control, end-to-end error detection
&correction, dan mungkin juga
menyediakan congestion control tambahan. Sedangkan layer 5 menyediakan 11
riteri dialog (siapa yang memiliki
giliran berbicara/mengirim data), token management (siapa yang memiliki akses ke resource bersama) serta sinkronisasi
data (status terakhir sebelum link putus). Berbagai isu yang terkait dengan hal ini adalah load
balancing, caching, dan terminasi SSL, yang bertujuan untuk mengoptimalkan jalannya suatu aplikasi dalam
suatu sistem.
4.
Infrastruktur IP
Infrastruktur
IP menjadi servis utama pada data center. Servis ini disediakan pada layer 2
dan layer 3. Isu yang harus diperhatikan terkait dengan layer 2 adalah hubungan
antara server farms dan perangkat
layanan, memungkinkan akses media, mendukung sentralisasi yang reliable,
loop-free, predictable, dan scalable.
Sedangkan pada layer 3, isu yang terkait adalah memungkinkan fast-convergence
routed network (seperti dukungan terhadap default gateway). Kemudian juga tersedia layanan tambahan yang
disebut Intelligent Network Services, meliputi fitur-fitur yang memungkinkan
application services network-wide, fitur yang paling umum adalah mengenai QoS
(Quality of Services), multicast (memungkinkan kemampuan untuk menangani banyak
user secara konkuren), private LANS dan policy-based routing.
5.
Media Penyimpanan
Terkait
dengan segala infrastruktur penyimpanan. Isu yang diangkat antara lain adalah
arsitektur SAN, fibre channel switching,
replikasi, backup serta archival. Gambar berikut menunjukkan servis utama yang
disediakan oleh arsitektur Data Center yang saling berkaitan:
Gambar
1 Servis Utama Data Center
Gambar
2 Stakeholder untuk solusi Data Center
Berbagai pihak yang ikut terlibat dalam
perencanaan dan pembangunan suatu data center, diantaranya adalah:
1.
Arsitektur dan para engineer
2.
Konsultan (konsultan teknologi dan
konsultan bisnis
3.
End user
4.
Perusahaan manufaktur/vendor terkait
Kriteria
Perancangan Data Center
Dalam melakukan
perancangan terhadap sebuah data center, harus diperhatikan kedua hal tersebut dengan tujuan mendapatkan data center sesuai
dengan kriteria berikut:
·
Availability
Data center
diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan terus-menerus
bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terjadinya
suatu kerusakan yang berarti atau tidak. Data center harus dibuat sebisa
mungkin mendekati zero-failure untuk seluruh komponennya.
·
Scalability dan flexibility
Data center
harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang cepat atau ketika
adanya servis baru yang harus disediakan oleh data center tanpa melakukan
perubahan yang cukup berarti bagi data center secara keseluruhan.
·
Security
Data center
menyimpan berbagai aset perusahaan yang berharga, oleh karenanya sistem
keamanan dibuat seketat mungkin baik pengamanan secara fisik maupun pengamanan
non-fisik.
Tier
pada Data Center
Perancangan data center
berangkat dari kebutuhan yang ada, untuk kemudian didefinisikan berbagai
perlengkapan IT yang diperlukan beserta pemilihan teknologi berbarengan dengan
perencanaan infrastruktur data center yang lain. Ada 4 tier dalam perancangan
data center yang setiap tiernya menawarkan tingkat availabilitas yang berbeda
disesuaikan dengan kebutuhan suatu data center
menurut TIA 942 (Telecommunication Industry Association). Berikut
diberikan tabel spesifikasi setiap tier:
Tabel
1 Tier pada Data Center
Analisis
Perancangan Business Continuance Infrastructure
Berdasarkan landasan
kajian yang ada maka akan diberikan pemaparan mengenai data center ideal untuk
setiap aspek yang ada di data center kemudian akan diturunkan menjadi guideline
perancangan data center untuk dalam bentuk tabel kriteria.
Gambar
5 Aliran Aktivitas dalam Perancangan Infrastruktur Data Center
a.
Pemilihan
Lokasi
Lokasi merupakan faktor
terpenting dalam perancangan data center. Sebuah lokasi data center yang ideal
adalah lokasi yang menawarkan berbagai kualitas seperti berikut :
1. Perlindungan
dari bahaya.
2. Akses
yang mudah.
3. Fitur-fitur
yang mengakomodasi pertumbuhan dan perubahan dimasa depan.
4. Opsi
untuk pemulihan dari bencana (Disaster Recovery Option).
5. Mendukung
key desain strategies (robust, modular, fleksibel, dan standar).
6. Memperhatikan
masalah latency network.
7. Aspek
untuk redundancy.
Langkah pertama ketika
mengevaluasi lahan kosong yang cocok untuk data center adalah penentuan bagaimana
lahan tersebut dipetakan (zoning). Zoning mengontrol apakah data center
diijinkan untuk dibangun disana. Hal ini berkaitan dengan peraturan pemerintah
untuk penggunaan lahan dan juga aspek keamanan data center itu sendiri. Harus
diperhatikan juga lokasi yang berada disekitar area data center, apakah berupa
perumahan, kawasan industri, perkantoran, atau lahan pertanian. Sehingga bisa mengantisipasi
dari awal kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan.
Zoning masih harus
tetap dilakukan, walaupun membangun data center pada bangunan yang sudah ada sebelumnya.
Selain itu, juga harus memperhatikan kode-kode bangunan, kontrol standar
bangunan, dan peraturan pemerintah yang lain menyangkut properti dalam
bangunan.
Selain itu, lokasi data center yang
dipilih hendaknya terhindar dari resiko-resiko seperti berikut ini:
1. Bencana
alam
Bencana alam yang sering terjadi
adalah seperti: gempa bumi, banjir, kebakaran, tanah longsor, dll. Walaupun itu
diluar kekuasaan kita, tetap saja diperlukan upaya-upaya untuk meminimalisir
kemungkinan tersebut.
2. Polusi
Polusi yang berlebihan berupa
partikel asap dari kebakaran, pabrik, pestisida, dan lain-lain, dapat merusak
server dan peralatan-peralatan Data Center lainnya.
3. Interfensi
elektromagnetik
Interfensi elektromagnetik dapat
ditimbulkan dari sinyal telekomunikasi, bandara, dan kereta api listrik.
Interfensi yang berlebihan dapat mengganggu server dan peralatan jaringan.
4. Getaran
Getaran yang cukup besar dapat
terjadi didekat rel kereta api, bandara, kawasan industri, konstruksi jalan,
dll.
5. Suasana
politik
Suasana politik harus benar-benar
diperhitungkan, karena kejadiannya sangat tidak bisa untuk ditebak dan disebabkan
oleh faktor manusia.
b.
Evaluasi
Struktur Bangunan
Setelah
ditentukan lokasi yang tepat untuk data center, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah identifikasi infrastruktur untuk data center dari berbagai
aspek, meliputi ruang pendukung yang dimiliki data center, sistem listrik,
struktur kabel.
c.
Ruang
Pendukung
Untuk
mendapatkan kinerja yang optimal, data center perlu dilengkapi dengan beberapa
ruang pendukung, diantaranya:
Gambar
6 Ruang Pendukung
1. Ruang
Listrik (area 7), dipisahkan dari ruang server untuk menghindari interfensi
elektromagnetik.
2. Ruang
Jaringan (area 3), merupakan area terpusat tempat dimana semua struktur kabel
data berakhir.
3. Loading
Dock (area 6), merupakan tempat untuk menerima peralatan yang baru datang untuk
data center.
4. Build
Room/Staging Area (area 5), merupakan tempat administrator atau network
engineer untuk membangun dan
mengkonfigurasi peralatan yang akan digunakan bagi data center, menyimpan
peralatan sementara sampai proses konfigurasi suatu peralatan tersebut selesai.
5. Ruang
Penyimpanan (storage room) (area 4), digunakan sebagai penyimpanan peralatan
untuk jangka waktu yang lebih lama. Sehingga tidak mengambil ruangan di dalam
ruang data center.
6. Operations
Command Center (control room) (area 1), tempat dimana karyawan memonitor server
data center.
7. Backup
Room (area 2), ruang kerja bagi personil pendukung seperti vendor yang
melakukan backup dan memonitor server di data center.
8. Media
Storage Area (area 2), untuk penyimpan magnetic, optical, atau media lain yang
digunakan untuk melakukan backup dari server dalam data center.
9. Vendor
Service Areas, ruangan khusus bagi vendor dalam melakukan sejumlah pekerjaan
yang signifikan dalam data center, sebaiknya disediakan ruangan khusus untuk
mereka, sehingga mereka tidak terlalu lama berada dalam ruang data center.Pada
ruang-ruang pendukung ini harus diperhatikan bagian yang menjadi penyekat antar
ruangan. Sekat ruangan bisa dibuat permanen atau tidak asalkan bisa menutup
rapat ruangan dari ruang komputer. Hal ini dimaksudkan agar sistem pendingin
ruangan dapat bekerja maksimal.
d.
Sistem
Listrik Data Center
Kebutuhan energi
sebuah data center didapat dari sistem listrik yang dalam hal ini disediakan
oleh PLN. Kebutuhan akan listrik pun akan terus bertambah seiring bertambahnya
energi yang dibutuhkan oleh data center. Ada 4 pertimbangan umum yang dapat diterapkan
untuk mengatasi masalah kebutuhan energi yang terus bertambah pada data center,
yaitu:
1. Membuat sistem energi (sistem energi
dapat berupa sistem listrik, sistem pembangkit energi lainnya) yang modular
sehingga dapat dengan mudah beradaptasi dengan pertumbuhan atau perubahan
kebutuhan energi.
2.
Pre-engineered, terapkan solusi
identifikasi energi yang standar sehingga meminimalkan perencanaan dan
perekayasaan yang akan dilakukan sendiri guna mempercepat pembangunan dan
pengimplementasian pada data center.
3.
Memilih sistem energi dengan fitur
mistake-proofing dan sedikit titik
kegagalan yang dapat meningkatkan availabilitas.
4.
Menerapkan sistem manajemen energi yang
menyediakan visibilitas dan pengontrolan energi pada berbagai level.
Sistem listrik untuk sebuah data center merupakan
sumber energi utama sampai saat ini (baik untuk operasional utama dan back-up).
Oleh karenanya perancangan sistem listrik harus se-robust mungkin untuk dapat
memenuhi kebutuhan listrik data center dan
ketika sewaktu-waktu dapat terjadi gangguan listrik yang telah atau
tidak diprediksi sebelumnya, hal tersebut perlu diantisipasi. Pada bagian selanjutnya
akan diberikan tabel guideline penyusunan sistem listrik yang ideal untuk data
center.
1. Perencanaan
Sistem Listrik Secara Umum
Tujuan dari pembuatan sistem energi yang menggunakan
modular, sesuai dengan standar, hot swappable,
dan terbukti handal dapat mengurangi MTTR
(Mean Time to Recover). Perencanaan komponen listrik secara umum dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendefinisian
Kebutuhan Energi Listrik dan Pendistribusiannya
Kebutuhan energi
listrik dihitung untuk setiap ruangan yang berbeda-beda (biasanya dikategorikan
berdasarkan fungsionalitas ruangan). Misalkan pada ruangan server, dihitung jumlah
lokasi kabinet server di ruangan tersebut kemudian menghitung sumber energi maksimum
yang dibutuhkan agar keseluruhan server tersebut dapat beroperasi (apabila
server tersebut hidup semua dalam keadaan normal). Formula dasarnya adalah:
Untuk lebih akurat maka dapat dilakukan
perhitungan untuk penambahan kebutuhan listrik untuk mengatasi keadaan kritikal
atau saat terjadi penambahan server. Selain server, maka kebutuhan energi lain
yang akan dilihat adalah perangkat jaringan, air handler, overhead light, badge
access reader, dan perangkat yang membutuhkan energi listrik untuk beroperasi.
Setelah jelas berapa energi listrik
keseluruhan yang diperlukan, maka langkah selanjutnya adalah merancang
pendistribusian energi listrik ke seluruh perangkat. Ada dua cara untuk
mendistribusikan energi listrik dalam ruang data center, yaitu:
1.
Distribusi secara langsung dari PDU ke
setiap lokasi kabinet, dipandang lebih fleksibel melalui saluran kabel yang
tersedia karena tidak melalui perantara apapun. Namun untuk data center yang
berkapasitas besar hal ini tidak mungkin dilakukan karena akan tidak efisien
dari segi pengkabelan.
2.
Distribusi melalui panel circuit,
dari PDU akan menuju ke panel circuit
kemudian dari tempat tersebut akan didistribusikan ke masing-masing lokasi
kabinet. Jauh lebih efisien dari segi pengkabelan karena untuk jarak yang jauh
antara lokasi kabinet server dengan PDU, hanya membutuhkan satu kabel yang
panjang, baru kemudian dari panel sirkuit disalurkan ke masing-masing kabinet
server dengan kabel yang berjarak pendek.
Gambar
8 Distribusi Kebutuhan Listrik dari PDU melalui circuit panel
Untuk mencapai tingkat reliabilitas yang
tinggi maka saluran listrik ke lokasi kabinet server dijalankan dari sumber
yang berbeda sehingga perubahan terhadap komponen-komponen listrik,
pengkabelan, dan alternatif terminasi didasarkan pada kebutuhan energi secara
lokal, tegangan yang biasa dipakai berapa, namun tetap perhatikan desain yang
baik untuk sistem listrik keseluruhan
(kolaborasi dari modul-modul listrik yang ada). Kemudian perhatikan juga
mengenai redudansi kebutuhan energi didalam ruangan, misalnya setiap kabinet
server akan memiliki dua power strip dan akan ada receptable yang berbeda juga disetiap
server. Pendefinisian kebutuhan listrik juga memasukkan perkiraan tambahan
kebutuhan di masa mendatang. Pada bagian perancangan diberikan checklist
kebutuhan listrik yang dapat dikustomisasi.
b. Pendefinisian
Perangkat Listrik yang Dibutuhkan
Setelah melakukan pendefinisian
kebutuhan listrik maka langkah selanjutnya adalah menentukan perangkat listrik
apa saja yang akan dipakai dengan memanfaatkan hasil kebutuhan listrik total. Perencanaan
perangkat listrik yang dibutuhkan melihat ke-4 pertimbangan umum yang dijelaskan
sebelumnya. Sertakan pendefinisian perangkat keamanan untuk sistem listrik dari
mulai pengamanan fisik sampai non-fisik, contoh sistem pengamanan untuk sistem
listrik antara lain adalah sistem EPO (Emergency Power Off).
c. Implementasi
Perangkat Listrik pada Data Center
Implementasi sebaiknya
dilakukan secara paralel, karena sistem listrik telah dirancang secara moduler,
sehingga akan lebih cepat dan mudah. Implementasi akan meliputi seluruh
perangkat listrik dan pengkabelan yang digunakan termasuk juga implementasi
perangkat keamanan listrik, pelabelan dan dokumentasi, serta redundansi dari
sistem listrik. Redundansi sistem listrik mengandung konsep n+1, dimana n
adalah jumlah sistem atau item yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan
operasional spesifik, yang berarti bahwa kegagalan terhadap sistem tunggal
dapat ditolerir.
d. Maintenance
Tahap implementasi
bukan akhir dari pembangunan sistem listrik pada data center, siklus
selanjutnya adalah maintenance terhadap sistem listrik yang sudah dibuat. Siklus
akan berputar terus ketika ada perubahan atau penambahan baru. Ketentuan-ketentuan
perencanaan sistem listrik data center diberikan dalam bentuk tabel checklist
pada bagian perancangan.
2. Pemilihan
Power DC dan AC
Distribusi power pada
data center untuk perangkat IT pada data center atau ruang jaringan dapat menggunakan
power AC atau DC. Namun pada implementasinya, penggunaan distribusi power
didominasi oleh AC. Power AC didistribusikan pada tegangan lokal 120V, 208V,
atau 230V sedangkan untuk power DC didistribusikan pada standar tegangan
telekomunikasi sebesar 480V. Sehingga beberapa kelompok perangkat seperti
internet hosting site (tempat terpasangnya perangkat telekomunikasi) pada data
center memakai power DC (setidaknya hanya 10% dari kebutuhan keseluruhan yang
menggunakan DC), namun untuk kelompok perangkat lainnya menggunakan power AC
Pertimbangan pemilihan antara AC dan DC mencakup ditampilkan dalam tabel
berikut:
e.
Sistem
Pendingin Data Center
Gambar Atas: Koridor Dingin
Gambar Atas: Koridor Panas
Sistem pendingin pada data center dibuat
untuk menjaga kestabilan temperatur yang cocok untuk data center. Keadaan
temperatur dan kelembapan yang harus dijaga di dalam data center:
Desain sistem pendingin
harus terencana dengan baik agar aliran udara dari perangkat pendingin mengalir
dengan arah parallel ke barisan kabinet/rak. Kriteria umum desain sistem
pendingin pada data center yang harus dipenuhi, adalah sebagai berikut:
- Memiliki
skalabilitas dan adaptabilitas yang sangat baik
- Sudah
terstandardisasi
- Sederhana
namun cerdas
- Manajemen
yang baik
f. Perangkat
Sistem Pendingin
Kegiatan
pengaturan temperatur dan sirkulasi udara yang dikenal sebagai HVAC (heating,
ventilation, air conditioning),
bertujuan untuk menjaga agar temperatur tetap dalam keadaan rendah dan konstan
serta menyebarkan titik-titik panas yang dibuat oleh suatu kelompok perangkat
yang dalam hal ini terletak di data center. Temperatur yang rendah sangat
diperlukan untuk efisiensi operasi server dan perangkat jaringan untuk
menghindarkan dari fluktuasi. Sistem pendingin pada data center pada prinsipnya
adalah sistem aliran udara dingin, yang terbagi menjadi tiga perangkat utama
yaitu air handler, chiller, dan menara pendingin. Selain itu, juga ada
perangkat pendingin tambahan
g. Sistem
Fire Suppression
Solusi perlindungan data center dari api
mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
Pasang sistem fire suppression yang
komprehensif di data center untuk mencegah terjadinya api atau menangulanggi
api yang sudah terlanjur muncul. Khusus untuk data center menggunakan gaseous suppressant
yang tidak akan melukai server. Material suppression yang umum dalah Inergen dan
Argonite, dua jenis gas mulia; FM-200 dan HFC-227 (dibuat dari
heptafluoropropane); dan FE13 atau HFC-23 (yang menyerap panas dari api). Namun
harus disesuaikan untuk izin penggunaan bahan-bahan tersebut dengan regulasi
pemerintah yang ada di suatu negara. Lengkapi dengan instalasi sistem
penyemprot air (sprinkler). Suplai air akan dikirimkan ke dalam ruangan melalui
rute pipa yang telah dibuat. Peletakkan fire suppression tank yang tepat adalah
pada area yang jarang orang berlalu lalang namun mudah untuk ditemukan. Secara
umum, sistem fire suppression terdiri atas elemen-elemen sebagai berikut:
1. Deteksi
panas yang linier (kabel sensor panas), ditempatkan sepanjang tray wire dan
jalur elektrik baik di atas maupun di bawah raised-floor. Alarm pada sensor
dibunyikan pada sistem kontrol bukan untuk memicu bekerjanya sistem fire
suppression
2. Deteksi
tipe spot secara intelligent
3. Deteksi
asap
4. Portabel
fire extinguisher
5. Agen
pembersih sistem fire suppression
6. Pull
station, perangkat sinyal, dan sistem control
Dari lima kelas handheld extinguisher,
yang paling tepat untuk dipasang pada data center adalah handheld extinguisher tipe
C (untuk kebakaran yang diakibatkan oleh sistem listrik). Material CO2 dan halogenated
adalah material suppression yang dipilih karena meninggalkan sedikit sisa
ketika sudah tidak digunakan lagi. Komponen minimum fire suppression yang harus
digunakan pada data center sederhana sekalipun adalah sebuah sistem sprinkler
biasa (yang bertindak sebagai pre-action sprinkler) dengan clean-agent fire extinguishers yang cocok. Kemudian
meningkat kepada level yang lebih tinggi, maka sistem fire suppression yang lebih
canggih akan meliputi air sampling smoke detection systems, pre-action
sprinkler systems, dan clean agent
suppression systems.Sistem peringatan proteksi dini sangat penting untuk
menghindari kerusakan dan kehilangan yang dapat terjadi selama status kebakaran
belum benar-benar terjadi (atau awal terjadinya kebakaran), karena kerusakan
peralatan yang signifikan dapat semata-mata terjadi karena asap atau pembakaran
produk-produk lain menyerang peralatan elektronik. Contoh sebuah sistem peringatan
proteksi dini adalah air sampling smoke
detection systems yang menyediakan proteksi level lain untuk ruang computer dan
fasilitas-fasilitas pintu masuk terkait, ruang mekanik, dan ruang listrik. Sistem
itu juga disediakan sebagai pengganti smoke detectors biasa, karena
kesensitifannya dan kapabilitas deteksinya jauh melampaui detektor
konvensional.
h. Sistem
Pengkabelan
1. Desain
Topologi Sistem Pengkabelan Data Center
Elemen
dasar dari struktur sistem pengkabelan pada data center adalah sebagai berikut:
·
Sistem pengkabelan horizontal
(horizontal cabling)
·
Sistem pengkabelan backbone (backbone
cabling)
·
Cross-connect pada pintu masuk (entrance
room) atau (main distribution area)
·
Main cross-connect (MC) pada area
distribusi utama(main distribution area)
·
Horizontal cross-connect (MC) pada ruang
telekomunikasi, HDA atau MDA.
·
Zone outlet atau konsolidasi titik pada
zone distribution area
·
Outlet pada area distribusi perangkat
(equipment distribution area)
Gambar
dibawah ini merepresentasikan berbagai elemen fungsional yang terhubung dengan
sistem pengkabelan pada data center.
Gambar Topologi Pengkabelan pada
Data Center
Sistem pengkabelan
dalam data center menjadi salah satu hal yang paling rumit untuk merancangnya. Sistem
pengkabelan mengambil peran dalam komunikasi antar item di dalam data center
atau ke dunia luar. Kriteria sistem pengkabelan yang baik antara lain adalah
1. “Overwhelming”
(“berlimpah”) dan well-structured dalam artian yang mampu menyediakan konektivitas
yang luas (wide channel-capacity) dan terstruktur dengan baik (sesuai dengan ketentuan).
2. Sederhana,
yang berarti struktur pengkabelan yang dibuat tidak rumit sehingga memudahkan relokasi
atau maintenance.
3. Scalable dan fleksibel, dapat mengakomodasi kebutuhan
mendatang dan perubahan yang terjadi, serta keragaman dari aplikasi user
(servis yang dimiliki data center).
Namun adanya batasan seperti ruangan
yang cukup terbatas dan kehadiran server-server yang akan terus online membuat
rancangan sistem pengkabelan untuk data center harus benar-benar diperhatikan untuk
mendapatkan hasil yang optimal agar nanti ketika ada perubahan tidak akan
mengganggu operasional data center online.
Sistem pengkabelan juga berpengaruh terhadap usability dari data center
dari segi pemilihan media kabel, berapa koneksi yang disediakan, dan bagaimana
terminasi kabel yang diatur. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyusunan sistem pengkabelan pada data center, yaitu:
1) Bangun
seluruh sistem pengkabelan yang terstruktur di awal konstruksi data center
2) Sebisa
mungkin gunakan kabel yang pendek, terkait dengan layout perangkat pada data
center
3) Pilih
media kabel yang tepat untuk koneksi tertentu
4) Populasi
penghuni (ukuran wilayah atau jumlah fasilitas yang ada wilayah tersebut)
2. Tipe
Sistem Pengkabelan Data Center
Ada dua jenis pendekatan
sistem pengkabelan yang umum ada pada data center. Sistem pengkabelan pada
jaringan dimulai dari pembangunan suatu barisan untuk menempatkan perangkat
jaringan utama pada lingkungan server atau dikenal dengan nama barisan jaringan
(network row/ room distributor/special distribution framework/home row/main
street/ network hub).
Kemudian dari barisan
jaringan ini akan dibangun suatu sistem pengkabelan terstruktur untuk
menjalankan barisan server. Perbandingan kedua pendekatan dalam sistem pengkabelan
diberikan pada tabel berikut:
3. Karateristik
Kabel
Dalam
menentukan jenis fisik kabel yang akan digunakan maka perlu mengetahui terlebih
dahulu karateristik masing-masing kabel. Ada dua jenis yang umum dipakai dalam
sistem pengkabelan, yaitu copper dan fiber.
Copper Cabling
Copper
sangat cocok untuk mengantarkan data pada jarak yang dekat. Performanya hanya
dapat terjamin sampai sekitar 100 m. Copper terdiri dari empat pasang kawat,
yang dipelintir sepanjang kabel, putaran sangat penting terkait cara kerja
kabel, jika kawat terurai-urai, maka kabel akan lebih rentan terhadap gangguan.
Kabel Copper mempunyai dua konfigurasi :
· Solid
cables: memberikan performansi yang lebih baik dan tidak terlalu rentan terhadap
gangguan.
· Stranded
cables: lebih fleksibel dan lebih murah, dan biasanya hanya digunakan dalam pembangunan
patch cord.
Copper
lebih hemat untuk digunakan pada sistem pengkabelan jarak pendek pada data
center.
Fiber-Optic Cable
Kabel
Fiber terdiri dari lima elemen:
1. Core:
merupakan setipis rambut yang mampu membawa cahaya.
2. Cladding:
yang menyelimuti core, mengandung dan merefraksikan cahaya
3. Coating:
terbuat dari plastik yang melindungi core dan cladding dari debu atau goresan
4. Strengthening
Fibers: untuk melindungi core pada saat instalasi
5. Jacket:
membungkus semua material tadi kedalam plastik
Fiber
optic lebih hemat untuk digunakan pada sistem pengkabelan jarak jauh pada data
center. Ada juga yang dinamakan multimode fiber (digunakan untuk konektivitas
jarak sedang, seperti dalam kebanyakan lingkungan data center atau diantara
ruangan dalam satu gedung) dan singlemode fiber (digunakan untuk konektivitas
jarak jauh, seperti antar bangunan pada kampus yang luas atau antara situs).
4. Elemen
Dasar Struktur Sistem Pengkabelan Data Center
Pendefinisian
elemen dasar struktur sistem pengkabelan pada data center diacu dari TIA-942 (Telecommunication
Industry Association-942). Sistem pengkabelan pada data center akan terdiri
dari infrastruktur kabel yang akan melingkupi produk atau vendor yang beragam.
Horizontal Cabling
Sistem
pengkabelan horizontal terdiri dari kabel-kabel yang tersusun secara
horizontal, terminasi mekanikal, dan patch cords (jumper). Pengertian
horizontal disini adalah sistem pengkabelan akan berjalan secara horizontal
baik diatas lantai ataupun di bawah atap. Ada beberapa servis atau sistem yang
harus diperhatikan ketika mendesain suatu sistem pengkabelan secara horizontal,
yaitu:
1. Servis
telekomunikasi meliputi suara, modem dan faksimile
2. Perlengkapan
dasar switching
3. Koneksi
manajemen komputer dan telekomunikasi
4. Koneksi
keyboard/video/mouse (KVM)
5. Komunikasi
data
6. Wide
Area Network (WAN)
7. Local
Area Network (LAN)
8. Storage
Area Network (SAN)
9. Sistem
pemberian isyarat lainnya pada gedung (seperti kebakaran, keamana, energi,
HVAC, EMS, dan lainnya)
Sistem
pengkabelan secara horizontal dapat dibuat dalam bentuk under-floor atau
overhead. Topologi yang dapat dipasang pada horizontal cabling pada data center
adalah topologi star, maksudnya adalahJarak yang ditempuh pada sistem
pengkabelan horizontal adalah
Backbone Cabling
Fungsi
dari sistem pengkabelan backbone adalah untuk menyediakan koneksi antara main
distribution area, horizontal distribution area, dan merupakan entrance area.
Sistem pengkabelan backbone terdiri dari kabel backbone, main cross-connect,
horizontal cross-connect, terminasi mekanikal, dan patch cord (jumper) yang
digunakan untuk koneksi silang backbone-to-backbone. Sistem pengkabelan secara
backbone harus mendukung kebutuhan konektivitas yang berbeda, misalnya LAN,
WAN, SAN, saluran komputer, dan koneksi console perangkat. Pada dasarnya
performansi transmisi tergantung dari karakteristik kabel, perangkat keras yang
terhubung, patch cord dan kabel cross-connect, jumlah koneksi, dan perlakuan
fisik terhadap kabel tersebut.
Posting Komentar